Temukan Artikel Dan Pengertian Berbagai Bidang Ilmu Di Website Ini.

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Monday, 29 February 2016

Pengertian Revolusi Mental

Pengertian Revolusi Mental - Revolusi Mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan cara yang cepat untuk mengangkat kembali nilai ‐nilai strategis yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi.

Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa ‐bangsa lain di dunia. 

Revolusi Mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa ‐bangsa lain di dunia.



Sekian uraian tentang Pengertian Revolusi Mental, semoga bermanfaat.
Baca juga:
Pengertian Revolusi Menurut Para Ahli

Friday, 26 February 2016

Pengertian Revolusi Menurut Para Ahli

Pengertian Revolusi - Selama ini Revolusi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu perubahan fundamental di pemerintahan atau konstitusi politik sebuah negara, terutama yang terjadi karena sebab-sebab internal dan lewat suatu pergolakan bersenjata, dan rusuh. 

Menurut Funk & Wagnalls New Encyclopedia, revolusi adalah sebuah perubahan sosial atau politik dengan memakai tindakan secara paksa, dipengaruhi oleh kekejaman dan bentrok senjata; revolusi juga berarti perubahan sistem politik, namun secara cepat dan total, melalui cara-cara di luar konstitusi dan pengingkaran atas lembaga pemerintahan.

Senada dengan pengertian itu, dalam Black’s Law Ditionary, revolusi diartikan “on overthrow of a government usu. Resulting in fundamental political change, a successful rebellion” (meruntuhkan pemerintah yang ada, menghasilkan perubahan politik secara fundamental, dan sebuah pemberontakan yang sukses).

Eugene Camenka adalah salah satu yang menyatakan bahwa kekacaun dalam revolusi adalah sebuah keniscayaan, tetapi, ia buru-buru memberi penjelasan lanjutan, seandainya revolusi itu tanpa menimbulkan kekacauan, masih tetap dianggap revolusi. 

Akhirnya Samuel Huntington merumuskan revolusi sebagai “suatu penjungkirbalikan nilai-nilai, mitos, lembaga-lembaga politik, struktur sosial, kepemimpinan, serta aktifitas maupun kebijaksanaan pemerintah yang telah dominan di masyarakat”. Dan secara prinsip dari berbagai definisi yang diberikan para pakar politik, revolusi terkait dengan gagasan perubahan menyeluruh, pembaharuan dan diskontinuitas menyeluruh dan juga menganut asumsi bahwa revolusi erat hubungannya dengan transformasi sosial.

Dari beberapa definisi tentang revolusi di atas dapat diambil beberapa kata kunci (key words) dalam diskursus revolusi diantaranya adalah; perubahan politik secara fundamental (fundamental change in the political system), kekuatan massa (extra-legal mass actions), pemberontakan (rebellion and revolt), dan oposisi. Dalam banyak kasus oposisi senantiasa menimbulkan kekacauan (chaos), tetapi terminologi itu bukan karakter pokok dalam revolusi, tetapi hanya sebagai akibat samping saat revolusi itu dijalankan.


Sekian uraian tentang Pengertian Revolusi Menurut Para Ahli, semoga bermanfaat.
Baca juga:

Friday, 19 February 2016

Pengertian Transformasi

Pengertian Transformasi - Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan.

Laseau 1980 yang dikutip oleh Sembiring 2006 memberikan kategori Transformasi sebagai berikut:
  1. Transformasi bersifat Tipologikal (geometri) bentuk geometri yang berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
  2. Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental) dilakukan dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan, melipat dll.
  3. Transformasi bersifat refersal (kebalikan) pembalikan citra pada figur objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya.
  4. Transformasi bersifat distortion (merancukan) kebebasan perancang dalam beraktifitas.
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar. itb.ac.id/wdp/ diakses pada tanggal 11 November 2013). menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi yaitu sebagai berikut:
  1. Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
  2.  Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan lingkuangannya.
  3.  Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti mode.
Contoh Transformasi Energi

Sekian uraian tentang pengertian transformasi, semoga bermanfaat.

Pengertian Imperialisme Dan Kolonialisme Menurut Para Ahli

Pengertian Imperialisme - Kata Imperialisme mulai dikenal pada pertengahan abad ke-19. Imperialisme berasal dari kata latin yaitu imperium yang berarti mengomandani atau kekuasaan tertinggi. Imperialisme adalah perluasan kekuasaan suatu negara melalui pencaplokan, biasanya melalui penaklulan terhadap wilayah lain (Alan Bullock, 1986 : 409).

Imperialisme adalah penaklukan penduduk suatu negara kepada daerah-daerah lain dengan menentukan hukumnya melalui kekuasaan, dan melakukan eksploitasi secara ekonomi dan finansial terhadap orang-orang asing tersebut (Alan Bullock, 1986 : 409)

Imperialisme dapat pula diartikan sebagai kebijakan dan praktek perluasan suatu negara kepada negara lain yang dilakukan dengan mencaplok wilayah yang berbatasan dengan negara tersebut dengan cara paksa atau dengan cara mengambil daerah-daerah jajahan, tanah jajahan dan daerah perlindungan yang dimiliki oleh negara lain (Henry Pratt Fairchild, 1977 : 150).

Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata Colony. Kata ini diambil dari bahasa latin yaitu colon. Colon merupakan sebutan kata yang ditujukan untuk petani, penanam, pekebun atau penduduk yang tinggal di suatu daerah baru. Selain kata colon, ada pula kata colonia. 

Kata ini memiliki arti yang sama dengan pertanian, tanah perkebunan, dan pemukiman. Colonia dahulu merupakan sebutan bagi pemukiman umum warga negara Roma di suatu daerah musuh yang telah ditaklukan, dimana warga negara Roma menerima tanah tersebut setelah berperan sebagai tentara garnisun dan menjadi veteran. Kolonialisme adalah satu bentuk imperialisme yang didasarkan penegakkan (sering diekspresikan dalam hukum) yang tajam dan radikal antara negara yang menjajah dengan penduduk negara yang dijajah. Awal untuk menegakkan hukum tersebut dilakukan melalui penaklukan. Setelah penaklukan dilaksanakan, maka dilakukan pengendalian dan kontrol terhadap penduduk terjajah dengan dasar perbedaan fisik dan kebudayaan (Alan Bullock, 1986 : 410).


Sekian uraian pengertian Imperialisme dan Kolonialisme, semoga bermanfaat.

Sunday, 15 November 2015

Pengertian dan Sejarah Fundamentalisme

|Definisi Fundamentalisme| Dalam pengertian lebih sempit dari fundamentalisme ‘literer’; istilah itu sebenarnya digunakan pertamakali untuk menyebut umat Kristen Penginjil Amerika, yang pada abad ke sembilan belas secara serius mengusahakan pemahaman harfiah dan menerapkan Bibel secara murni dan yang menolak teori evolusi temuan Darwin yang populer. Kaum fundamentalis literal dianggap naif, bahkan bodoh karena literalisme mereka yang dicap primitif. Padahal pendekatan mereka justru berkaitan dengan filosofi (bahasa) analitis modern terhadap metafisika.
 
Walaupun pada awalnya istilah ini digunakan untuk kelompok tertentu yang meyakini bahwa dunia ini akan segera berakhir (kiamat), akan tetapi seiring berjalannya waktu istilah ini juga diberikan pada kelompok yang mempunyai kepercayaan yang lebih universal. Tepatnya, istilah fundamentalisme merupakan istilah yang diberikan sendiri kepada para agamawan Protestan yang konservatif. Istilah ini diperkenalkan dan dipublikasikan melalui pamflet yang berjudul “The Fundamentals of the Faith” yang diterbitkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Dalam pamflet tersebut kaum Protestan konservatif menjelaskan kembali bahwa kepercayaannya masih berlaku dan sesuai dengan kondisi sosial apapun. 
 
Keyakinan tersebut mereka konsep dalam ambisi untuk melawan zaman liberal yang progresif. Inilah yang kemudian oleh para pembaca pamflet tersebut kaum Protestanis dianggap kaum fundamentalisme, yakni kelompok Protestan yang anti modernitas. Fundamentalisme, dalam kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi merupakan pandangan yang muncul pada 1909 dan dipakai secara umum untuk menunjuk corak tertentu dari protestanisme konservatif. Tujuan fundamentalisme adalah untuk memelihara dasar-dasar kepercayaan dan untuk memerangi usaha untuk menafsirkan kembali Bibel dan teologi dalam kerangka pengetahuan modern. Agama Kristen dianggap sebagai agama yang sudah memadai yang dikemukakan oleh Bapak-bapak Gereja.
 
Menurut Karen Armstorng istilah fundamentalisme adalah istilah yang sesat. Di Islam sendiri istilah tersebut adalah Ushuliyah, kata yang merujuk pada penelitian atas sumber-sumber berbagai aturan dan prinsip hukum Islam. Barang kali Armstrong akan menyetujui ungkapan Harun Naution tentang penggunaan istilah fundamentalisme. Menurut Harun Nasution, fundamentalisme istilah yang tidak dipakai dalam umat Islam, dengan demikian berarti istilah yang cocok adalah modernisme atau pembaruan (tajdid). Tapi kalau yang dimaksud dengan fundamentalisme bukanlah paham kembali ke ajaran-ajaran dasar, tetapi paham dan gerakan mempertahankan ajaran-ajaran lama dan menentang pembaruan, seperti dalam gerakan Protestan Amerika yang muncul pada abad ke 19 lalu, maka istilah demikian tidak sesuai dengan paham dan gerakan sejenisna yang terdapat dalam Islam. 
 
Dalam masalah penggunaan istilah, fundamentalisme seringkali dianggap mengacu pada pemahaman yang literalis atau tekstualis dan ingin kembali pada sejarah masa lalu. Menurut John L. Esposito, kita seringkali terkecoh dengan persepsi fundamentalisme yang terkontaminasi oleh Protestanisme Amerika. Esposito menganggap bahwa bagi banyak orang Kristen, “fundamentalis” adalah pelecehan yang digunakan secara sembarangan terhadap agamawan-agamawan Injil literalis. Sebab mereka tidak terjun langsung ke lapangan untuk meneliti fakta yang sebenarnya. Terlalu awam jika mereka hanya memandang dengan sebelah mata. 
 
Istilah fundamentalisme Islam menurut Yusuf Qardhawi sebenarnya disodorkan oleh media Barat—di luar kehendak kita—supaya diadopsi oleh kalangan umat manusia melalui media massa. Ada istilah yang mengatakan jika kebohongan diucapkan berkali-kali, maka pada akhirnya akan dipercaya. Dengan demikian Yusuf Qardhawi mengatakan dengan tegas mengenai istilah aqidah, syariat, minhaj kehidupan, dakwah kepadanya, dianggap sebagai “fundamentalisme”, maka biarlah orang-orang yang merasa keberatan mau memberi kesaksian bahwa memang kita para “fundamentalis”. 
 
Bassam Tibi mempunyai anggapan lain tentang fundamentalisme. Menurutnya fundamentalisme adalah istilah yang paling tepat untuk menyebutkan pandangan-pandangan dunia yang dipolitisasi dari peradaban-peradaban yang bersaing. Namun banyaknya massa yang dimiliki Islam baginya bukanlah menjadi alasan mengapa fundamentalisme sebagai ideologi politik. Alasannya bahwa fundamentalisme Islam lebih merupakan ideologi politik daripada fenomena yang murni agama didukung oleh adanya fakta tidak adanya perdebatan teologis secara husus dalam fundamentalisme sendiri. Mereka tidak berdebat mengenai klub-klub intelektual juga tidak menyibukkan diri dalam polemik kontorversi-kontrovesi teologis. Mereka adalah para aktivis ideologis dan politis. 
 
Akan tetapi Islam yang bergerak tidak hanya ada yang menganggap Islam fundamentalis tapi ada juga yang mengasumsikan bahwa Islam yang seperti ini bisa diklasifikasikan sebagai gerakan “Islamisme”. Sebagaimana menurut Oliver Roy, ia menyebutkan bahwa aktivisme politik keagamaan cocok dengan istilah
“islamisme” untuk menyebut gerakan kontemporer yang memandang Islam mengandung ajaran ideologi politik. Soalnya islamisasi masyarakat—dalam sejarah Islam—mesti dilakukan melalui kekuasaan negara. Menaklukkan negara dulu baru kemudian melakukan islamisasi. Menurutnya, pendekatan yang ditempuh begitu non-koperatif dengan penguasa dan menolak sistem politik demokrasi.
 
Mark Juergensmeyer juga tidak sepakat jika istilah fundamentalisme, dalam artian masih ragu. Ia memiliki tiga alasan atas keraguannya. Pertama, istilah itu bersifat merendahkan karena mengandung tuduhan ketimbang penjelasan. Kedua, fundamentalisme adalah kategori yang tidak tepat untuk membuat perbandingan lintas kultural. Ketiga, untuk menggunakan fundamentalisme tidak dibawa ke makna yang politis. Mereka lebih dimotivasi oleh keyakinan-keyakinan religius daripada politis.
 
Walaupun semua demikian tentang istilah fundamentalisme, dengan segala kekurangannya “fundamentalisme” adalah satu-satunya istilah yang kita punyai untuk menggambarkan kelompok religius yang suka bertempur ini, dan sulit untuk muncul dengan pengganti yang lebih memuaskan.
 
 
 
Gambar
Pengertian Fundamentalisme